Bappeda Kabupaten Rokan Hulu

Tentang Aplikasi

Sekilas tentang E-STRONG

image

Sebagaimana di ketahui bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek di banding usianya. Kondisi kekurangan gizi terjadi sejak bayi lahir dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir atau dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK).

Sementara Menurut United Nations International Childrens Emergency Fund (UNICEF) dalam Logical Framework Of The Nutriotional Problems tahun 2013, mengatakan, ada tiga penyebab terjadinya stunting pada anak, yaitu:

  • Penyebab dasar seperti tingkat pendidikan, kemiskinan, dan disparitas sosial budaya.
  • Penyebab tak langsung seperti ketahanan pangan keluarga, perawatan anak dan ibu hamil, serta fasilitas atau pelayanan kesehatan
  • Penyebab langsung yaitu asupan zat gizi dan infeksi penyakit. Kemudian tanpa kita sadari bahwa pernikahan dini dapat juga memicu terjadinya stunting.

Sebenarnya sudah banyak program penanggulangan stunting dilakukan pemerintah, tetapi dampaknya belum nyata dan menggembirakan. Hal tersebut diantaranya di sebabkan oleh setiap sektor cenderung merencanakan dan melaksanakan programnya sendiri-sendiri, ironisnya lagi kadang tidak ada keterkaitan antara satu dengan lainnya, justru berjalan masing-masing. Akibatnya, banyak program penanggulangan stunting yang tidak tepat sasaran dan seringkali hanya mengatasi gejala dan bukan akar permasalahanya. Sementara stunting merupakan tantangan yang harus kita hadapi bersama dalam upaya perbaikan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang.

Selain itu selama ini ada kecendrungan penanggulangan stunting dilaksanakan melalui Intervensi spesifik yaitu kegiatan yang langsung mengatasi penyebab terjadinya stunting oleh sektor kesehatan seperti asupan makanan, pencegahan infeksi, status gizi ibu, penyakit menular dan kesehatan lingkungan (fokus langsung dengan anak stunting).

Pada hal menurut para pakar berpendapat bahwa intervensi spesifik oleh sektor kesehatan hanya berperan sebesar 30 persen, sementara yang 70 persen lagi justru yang berperan adalah intervensi sensitif di luar sektor non kesehatan. ( lebih meluas di samping anak, juga ibunya mulai dari catinnya, petugas kesehatan dan kader nya, perubahan prilaku, sampai pada metode, langkah-langkah sistematis dan peran steakholder yang ikut mengintervensinya). Sehingga penanganan stunting yang terkesan bersifat tambal sulam dapat terjawab.

Bertolak dari uraian diatas maka Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu berupaya untuk menanggulangi masalah stunting dengan cara sistematis, menganalisa dari mulai sasaran, perlakuan atau intervensi, perkembangan yang terjadi sampai pada evaluasi secara terintegrasi yang di berikan dalam bentuk sebuah aplikasi bernama e-Strong atau Kuat (Stunting Rokan Hulu di tanggulangi). Aplikasi ini menyajikan data sasaran stunting yang ada pada daftar tertulis dengan data sebenarnya atau nyata yang ada di lapangan dengan by name by adrres untuk memperjelas sasaran intervensi atau perlakuan yang akan di laksanakan atau "suai sasaran" Aplikasi ini selanjutnya menyajikan apa saja intervensi yang di laksanakan terhadap sasaran yang sudah jelas sesuai dengan data lapangan atau data nyata yang ada, sehingga akan terlihat sejauh mana hasil dari intervensi yang telah laksanakan atau disingkat "suai perlakuan / intervensi'. Kemudian aplikasi ini akan memantau dan melihat perkembangan serta menilai sasaran dan perlakuan yang di laksanakan telah sesuai dengan yang telah di tentukan dan di tetapkan atau "suai harapan" dimana stunting menunjukan kemajuan yang di tandai dengan terus menurunnya jumlah dan prosentase stunting setiap tahunnya.

Kami berharap aplikasi ini akan menghasilkan tiga SUAI dalam penanggulangan stunting di Rokan Hulu, yaitu : "SUAI SASARAN, SUAI INTERVENSI/ PERLAKUAN DAN SUAI HARAPAN"
- DarkSkull7 - Dymles Ganz